HARGA TBS DI MUKOMUKO MULAI NAIK

Jumat, 19 Desember 2008 |


Bengkulu, 2/12 (ANTARA) - Harga buah kelapa sawit (tandan buah segar-TBS) pada tingkat petani di Kabupaten Mukomuko, sekitar 270 km dari Kota Bengkulu, kini mulai bergerak naik dibandingkan sebelumnya.
Beberapa petani di Kecamatan Air Rami, Kabupaten Mukomuko, ketika ditemui, Selasa, menjelaskan, kenaikan harga itu beru terjadi dalam dua hari terkahir ini, yakni menjadi Rp500-Rp550/Kg dari sebelumnya hanya Rp350/Kg.
"Alhamdulillah, walau naiknya sedikit bisa nambah-nambah untuk ongkos praduksi dan cicilan hutang di Bank," kata Darno, petani sawit di Desa Tirta Kencana, Kecamatan Air Rami, Mukomuko.
Warga asal Jawa, yang ditempatkan di Mukomuko melalui program transmigrasi tahun 1983 itu, mengaku, senang dengan adanya kenaikan harga itu, dan berharap agar harga TBS terus merangkak naik.
Ia mengaku, dengan kenaikan tersebut petani bulum dapat menikmati keuntungan karena ongkos produksi yang semakin hari semakin mahal, disamping kebutuhan rumah tangga dan biaya sekolah dua anaknya.
Untuk memanen buah sawit, Darno harus memperkerjakan buruh guna membantu mendodos (memanen-red) sawit, karena jarak rumah dengan kebunnya sekitar tiga Km, belum lagi biaya angkut sawit yang harus dibayar.
Dalam sehari dia harus membayar upah buruh sebesar Rp50 ribu ditambah lagi uang rokok dan makan buruh tersebut.
"Kita juga harus mengeluarkan biaya untuk membeli pupuk yang kini makin mahal saja," katanya.
Agar memperoleh keuntungan, Darno terpaksa harus mengurangi intensitas pemupukan terhadap sawitnya yang biasannya tiga bulan sekali pupuk, kini enam bulan sekali.
"Dengan biaya produksi dan harga pupuk yang semakin mahal, kadang saya malas untuk memanen sawit, tapi gemana lagi saya punya hutang di Bank dan biaya anak-anak sekolah" katanya.
Hal senada juga dikatakan Dastonik, petani sawit warga Desa Arga Jaya, Kecamatan Air Rami, yang juga menilai kenaikan harga TBS berkisar Rp150-200/Kg saat ini, belum terlalu membantu karena tidak sebanding dengan ongkos produksi.
"Ya, kita bersyukur sudah ada kenaikan, tapi kalau mau jujur, kenaikan ini belum terlalu membantu kami, para petani," katanya.
Menurut dia, para petani baru bisa menikmati hasil jika harta TBS minimal mencapai Rp1.000/Kg.
"Saya sering menghayal harga sawit kembali normal seperti dulu yang mencapai Rp1.800/Kg, tapi kapan itu bisa terjadi lagi," katanya.
Dastonik mengaku, karena sebelum terjadi krisis keuangan global harta TBS tinggi, maka seluruh sawahnya dijadikan kebun sawit, dan kini ketika harga anjlok petani yang memiliki empat anak itu hanya bisa menyesal.
"Coba kalau sawah tidak dijadikan kebun, ketika harga sawit anjlok saya masih bisa menanam padi," katanya.

2 komentar:

Informasi Seputar Bengkulu mengatakan...

semoga cepat naik sawit nya

Ahlan was sahlan ikhwafillah mengatakan...

Alhamdulillah,kmu juga ada inpirasi terus berjuang untuk membangun bangsa terlebih penting untuk agama iskam dan terkusus untuk allah azza wa jalla

Posting Komentar

Berikan komentar yang bersifat membangun :