OBJEK WISATA SPIRITUAL SEPI PENGUNJUNG

Minggu, 22 Maret 2009 |


Bengkulu, (ANTARA) - Walaupun sudah dilakukan renovasi dengan membangun gapura dan tempat berkunjung yang cukup nyaman melalui APBD tahun 2008, Objek wisata spiritual makam Sentot Alibasyah di Jalan Bali, Kelurahan Teluk segara Bengkulu sampai saat ini masih sepi pengunjung baik wisatawan maupun peziarah.
"Walaupun sudah dilakukan perehaban dan renovasi, makam sentot alibasyah masih saja sepi, dan hanya ada beberapa pengunjung yang datang yang pada umumnya untuk berjiarah", kata Ujang, Juru kunci makam yang setiap paginya membersihkan makam Sentot Alibasyah, Kamis
Menurut Ujang, Pengunjung yang datang biasanya untuk berjiarah dan berdoa tetapi ada juga wisatawan ataupun pengujung lokal yang hanya melihat-lihat saja, namun intensitas pengjunjung tersebut masih bisa dihitung dengan jari dalam satu minggu.
Ujang yang sudah delapan tahun mengurusi dan membersihkan makam secara sukarela mengungkapkan, Selain siang, pengunjung juga ada yang datang pada malam hari bahkan tengah malam.
"Kadang-kadang siang, namun tidak sedikit yang datang tengah malam, dan saya juga tidak tahu apa yang dikerjakan mungkin sedang meminta berkah", katanya.
Selain makam Sentot Alibasyah, menurut Ujang ada satu lagi makam yang terbilang tua dan dijadikan tempat pariwisata spiritual yang merupakan makam penginggalan Inggris yang terletak 640 Km dari Benteng Marlborough.
Komplek makam Inggris berada di tengah-tengah pemukiman. Pada komplek makam tersebut terdpat 15 buah makam dengan bentuk makam yang berupa bangunan monumental dan Berdasarkan pembacaan terhadap nisan-nisan yang terdapat di komplek makam ini diketahui kronologi dari nisan-nisan tersebut berkisar antara tahun 1775 sampai 1940.
Namun menurut dia, keadaanya juga tidak jauh dari makam sentot Alibasyah malahan lebih parah dan terlihat tidak terawat.
"Masih bagusan makam sentot, masih terawat, kalau makam Inggris ngak ada yang ngerawat dan rumputnya juga jarang dipotong", ujarnya.
Bangunan makam Sentot Alibasyah bergaya bangunan “tabot” dan memiliki keistimewaan, yaitu di dalam makam tidak memperlihatkan adanya nisan kubur, sebagaimana biasanya kubur muslim di Indonesia.
Setot Alibasyah adalah Panglima perang pendukung pangeran Diponegoro pada perang diponegoro (1825-1830). Setelah kekalahan Pangeran Diponegoro, Sentot dan para pengikutnya dimanfaatkan oleh Belanda untuk memerangi kaum Paderi di Sumatera Barat. Karena dianggap bersimpati terhadap perjuangan kaum Paderi, akhirnya Sentot Alibasyah dibuang ke Bengkulu dan meninggal pada 17 April 1885 di Bengkulu.(ANTARA)

1 komentar:

Just for read mengatakan...

blog nya lumayan di google kenapa gak dipasangi iklan dari kumpulbloggerkan lumayan bisa dapat duit

Posting Komentar

Berikan komentar yang bersifat membangun :